Pembawa acara dan penyiar radio, Ferdy Hasan beserta istrinya, Safina Hasan dianugerahi tiga anak. Anak ke dua yaitu Fasha mereka didiagnosis bersama autisme.

Kilas balik saat Fasha baru berumur sebagian bulan, Ferdy dan Safina terasa tersedia yang tidak mirip bersama pertumbuhan anak pertama yang terhitung mereka asuh sendiri. Hal itulah yang memicu keduanya mencari paham kondisi Fasha.

Di umur 4 bulan responsnya kurang. Dia benar-benar tenang, diteriakin diam saja, pintu ditutup bersama keras pun dia diam saja,” paham Ferdy mengingat kenangan lampau.

Saat itu, informasi mengenai https://www.freevirtualworldonline.com/ anak berkebutuhan khusus tak sebanyak sekarang. Maka dari itu mereka pilih segera mempunyai anak keduanya itu dokter anak.

Ferdy dan Safina terasa melakukan terapi dan konsultasi ke Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi, pada umur Fasha yang menginjak 4 bulan.

Safina dan Ferdy menghendaki anaknya mendapatkan penegakan diagnosis berkaitan kondisi sang anak.

“Karena memang macam-macam anak-anak yang berkebutuhan khusus itu, tidak hanya autisme saja, tersedia ADHD dan lain sebagainya, jadi kami pun bingung wajib seperti apa dan nantinya bakal seperti apa,” kata Ferdy.

Setelah meniti serangkaian pemeriksaan dan pemeriksaan dokter menyebutkan bahwa Fasha memiliki autisme.

Menerima Anak bersama Autisme

Safina menyebutkan pada saat pertama kali paham bahwa anaknya berkebutuhan khusus, yang perlu itu pertama adalah acceptance atau penerimaan.

“Dengan menerima dan kami terbuka, itu bakal mempermudah. Itu yang aku dan Ferdy rasakan, sebab kami menerima bersama cepat dan benar-benar terbuka bakal perihal ini memicu informasi yang saat itu tetap benar-benar minim dan benar-benar susah didapat justru lebih mudah,” kata Safina.

Ketika sanggup menerima dan terbuka bersama kondisi anak, maka bersama begitu orang tua sanggup cepat menyita sikap yang pas supaya anak mendapatkan penanganan dari dokter.

“Intervensi yang lumayan cepat, alhamdulillah Fasha progress nya baik sekali. Jadi Fasha ini sanggup dibilang diuntungkan bersama intervensi dini, lingkungan yang benar-benar mendukung, dan support dari keluarga benar-benar membantu,” paham Safina.

Dukungan Keluarga Amat Penting untuk ABK
Setelah belasan tahun membersamai anak bersama autisme baik Ferd dan Safina paham bahwa peran keluarga dalam membantu dan paham kebutuhan anak berkebutuhan khusus sangatlah penting.

“Sebagai keluarga bersama anak yang memiliki autisme, kami paham betapa pentingnya peran keluarga dalam membantu dan paham kebutuhan anak. Dukungan keluarga bukan hanya mengenai memberikan cinta dan kasih sayang, tetapi terhitung mengenai mendidik diri sendiri sebagai orang tua, berkolaborasi bersama para profesional, dan menciptakan lingkungan yang membantu pertumbuhan anak,” kata Ferdy.

Keduanya kompak menyebutkan bahwa omunikasi yang terbuka, pemahaman, dan penerimaan adalah kunci untuk membantu anak-anak bersama kebutuhan khusus terasa diterima dan dicintai.

Dikarenakan Anak pertama mereka yang dirawat sendiri tanpa pemberian pengasuh anak, Ferdy dan Safina jadi lebih paham jika tersedia perihal yang tidak sama dari tumbuh kembang anaknya tersebut.

Mengalami Pengalaman Tidak Menyenangkan di Sekolah Reguler

Mengenai acceptance dan sosialisasi, Ferdy menyebutkan bahwa dari Fasha kelas satu hingga bersama kelas enam SD, progres nya benar-benar luar biasa. Ferdy dan Safina terasa takjub.

“Anaknya benar-benar riang dan happy sekali,” tambahnya.

Saya melakukan psikotes untuk menyaksikan apakah Fasha telah siap untuk sekolah di sekolah biasa, lantas kami sekolahkan di sekolah biasa (reguler). Tetapi ternyata lingkungannya yang tidak siap,” paham Ferdy.

Hal yang tidak terduga dialami Fasha di lingkungan sekolah barunya, Ia mendapatkan perundungan dari teman-temannya, hingga memicu Fasha hingga saat ini terpaksa konsumsi obat antidepresan.

Spread the love