Hari Pengajaran Nasional (Hardiknas) yang diperingati tiap-tiap 2 Mei menjadi momentum generasi muda untuk membawa perubahan yang lebih bagus bagi Indonesia. Generasi muda dapat berkontribusi dalam banyak hal termasuk menjaga keberlangsungan sumber kekuatan air.

Menteri Profesi Awam dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memberi tahu hal itu dalam keterangan sah di Jakarta, Kamis, 2 Mei 2024, seperti dikutip Jumat (3/5/2024).

Dia menuturkan, air adalah sumber kehidupan utama manusia sehingga kualitasnya seharusnya konsisten dijaga sehingga edukasi air semenjak dini penting dikerjakan. Edukasi air mencakup pengelolaan air secara berkelanjutan khususnya dalam menghadapi perubahan iklim.

Generasi muda dapat mengobrol slot 777 dengan para pemangku kepentingan untuk membahas sumber kekuatan air dan solusi untuk menjaga air bersih,” kata ia

Pengelolaan sumber kekuatan air berkelanjutan, berdasarkan Basuki, paralel dengan tema World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung di Nusa Dua, Bali pada 18-25 Mei 2024. “Aktivitas ini adalah forum lintas batas keairan terbesar di dunia,” ujar ia.

Sementara, Duta Komunikasi World Water Forum ke-10 Cinta Laura menuturkan generasi muda bisa berkontribusi secara kongkrit dalam menjaga ketahanan sumber kekuatan air dari hal paling simpel, contohnya dengan bijaksana memanfaatkan air dalam kehidupan sehari-hari.

Kecuali itu generasi muda dapat memanfaatkan bermacam saluran komunikasi dan teknologi untuk menyebarkan pesan seputar konservasi air bersih, sanitasi, dan mitigasi musibah.

Janji Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10, dia menuturkan, sungguh-sungguh terang mengingat kerentanan negara kepada musibah alam seperti banjir dan kekeringan yang diperparah oleh perubahan iklim.

“Aku berkeinginan memberikan apresiasi atas pendekatan proaktif Indonesia dalam menuntaskan keadaan sulit-keadaan sulit mendesak ini di platform global,” tutur ia.

Program Sesi Pemuda

Sebagian program untuk sesi pemuda terangkum dalam Bali Youth Plan, di antaranya kampanye #ShareWaterStories, Youth Podcast: Water Talk, Young Water Sustainability Leaders (YWSL) 2024, Youth Book, dan Final Youth Activities.

Adapun YWSL 2024 sebelumnya sudah menggelar Online Bootcamp yang melibatkan 300 peserta muda di segala dunia. Terpilih 60 orang yang menjadi delegasi muda World Water Forum ke-10, Mereka berasal dari wilayah Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika serta Oceania.

Kecuali Bali Youth Plan, World Water Forum ke-10 juga telah memutuskan sejumlah sasaran untuk menempuh hasil kongkrit yang bisa memberikan imbas positif bagi pengelolaan sumber kekuatan air secara global.

Adapun sasaran hal yang demikian di antaranya pendirian Sentra Favorit atau Center of Excellence for Climate and Water Resilience, menyusun working group dalam pengelolaan sumber kekuatan air terpadu di pulau-pulau kecil, serta mensahkan Hari Danau Dunia atau World Lake Day.

Mengetahui Subak, Kearifan Lokal Bali yang Bakal Dipersembahkan dalam World Water Forum ke-10

Sebelumnya, Bali adalah tempat tujuan liburan paling depan di Indonesia dan sudah mendunia. Estetika alam, keragaman kebiasaan menjadi keunggulan provinsi berjuluk Pulau Dewata itu. Salah satu keragaman kebiasaan yang adalah kearifan lokal ialah subak.

Penyuluh Pertanian Spesialis Pratama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Gede Vibhuti Kumarananda membeberkan, subak adalah suatu cara pengairan masyarakat Bali dengan ciri khas sosial-pertanian-keagamaan. Itu berbekal motivasi gotong royong untuk memenuhi keperluan air, masyarakat mengelola air irigasi.

Perbuatan itu dilandasi ritual keagamaan pantas level pertumbuhan padi mulai dari mengolah tanah sampai hasil panen dan adalah cerminan dari ajaran Tri Hita Kirana di mana diajar kekerabatan manusia dengan alam dan Sang Pencipta.

Konsep Tri Hita Kirana sungguh-sungguh relevan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Ialah Parhyangan yang dialamatkan untuk pemujaan kepada pura di wilayah subak, Pawongan membuktikan adanya organisasi yang mengontrol cara irigasi subak, dan Palemahan menampilkan kepemilikan tanah atau kawasan di tiap-tiap subak. Ketiga hal itu mempunyai kekerabatan timbal balik. Untuk menjaga keseimbangan kekerabatan ketiga elemen hal yang demikian, dihasilkan regulasi yang disebut awig-awig atau paswaran/pararem.

Cara irigasi subak sudah ada semenjak ribuan tahun silam dan bertahan hingga hari ini sebab dijaga secara turun temurun. Padahal demikian, kisah mengenai subak secara faktual bisa dijumpai dari sejumlah prasasti seperti Prasasti Trunyan (tahun 881), Prasasti Sukawana (882), dan Prasasti Bebetin (896). Kemudian, subak juga ditemukan pada Prasasti Klungkung tahun 1072 yang diceritakan sebagai sebuah cara irigasi.

Spread the love